Parenting Workshop : Agar BALITA Anda Mau Mendengarkan






Akhirnya saya punya waktu juga untuk bikin review tentang workshop “Berbicara Agar Balita Anda Mau Mendengar” yang diadakan beberapa waktu lalu. Meaning, mak jleb, inspiring; mungkin itu kesan saya setelah mengikuti workshop ini. Kegalauan yang sempat melanda ketika berkomunikasi dengan Rayyis terjawab. Mas Duma emang TOP-lah kalo urusan beginian,hehe.
Ada beberapa poin & penjabarannya yang bisa saya share. Silahkan disimak ya..

# Poin 1 : Bahasa Balita Dominan Perilaku
Mas Duma mengawali workshop dengan meminta beberapa peserta untuk maju ke depan & memperagakan sebuah kata, peserta lain diminta menebak. Ndilalah yang pertama disuruh memperagakan adalah Mas Broto suaminya Mbak Dona. Suasana jadi meriah deh, Mas Broto lucu sih,hehe. Peserta lain menebak2 dengan heboh. 
Pesan apa yang bisa diambil dari games ini,terkait komunikasi dengan balita? Bahasa balita itu dominan perilaku, kata-kata belum bisa disampaikan dengan jelas & lengkap layaknya orang dewasa. Ini yang jadi tantangan kita sebagai orang tua, karena tidak mudah juga untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan bocah2 kecil kita.

#Poin 2 : Tidak Hanya Balita yang Belajar dari Kita Orang Tua, Sebenarnya Kita Saling Belajar
Kita sebagai orang dewasa terkadang secara ga sadar merasa sok tua, sok tau, sok paling bener,hehe. Kita beranggapan bahwa anak2lah yang harus belajar dari kita. Anak2 ga tau apa2. Bener ‘kan?
Padahal,pada hakikatnya: Dua jiwa itu dipertemukan oleh Tuhan untuk saling membawa pesan pembelajaran.
Anak membawa pesan bagi orang tua untuk: pengenalan diri, pengembangan diri, penyempurnaan diri, pembersihan diri
Orang tua membawa pesan bagi anak untuk: melatih membesarkan fisik, mengembangkan life skill, menanamkan values,dll.
Wah.. ini bener bgd. Saya merasakan sendiri bagaimana banyak hal berubah dalam diri saya & suami setelah Rayyis lahir. Salah satunya, kami berusaha mengelola energy dengan lebih baik. Kami perbaiki pola makan, pola istirahat, juga pola olahraga. Tujuannya pada akhirnya biar bisa mendampingi Rayyis sepanjang hari dengan tetap berenergi, setelah seharian kerja.
Poin ini perlu kita tanamkan di benak kita saat membesarkan anak, supaya dada kita tetap lapang, pikiran kita tetap jernih, & hati kita terus bersyukur.

#Poin 3: TENANG adalah kunci dasar keberhasilan komunikasi
Kunci paling mendasar agar pesan yang mau kita sampaikan diterima oleh anak adalah dengan simply bersikap tenang. Tenangnya bukan dibuat2. Tenangnya harus betul2 rileks, ikhlas.
Mas Duma mengajak peserta untuk mencari pasangan. Di slide, terpampang gambar kotak, segitiga, & lingkaran. Saya berpasangan dengan suami, ehm, hehe. Orang pertama diminta untuk menggambar/menulis  salah satu dari 3 gambar tersebut di kertas. Kemudian kami diminta untuk menutup mata, tarik nafas dalam2, hingga kondisi benar2 rileks. Kemudian Mas Duma meminta orang pertama untuk dalam hati menyampaikan gambar apa yang ditulis dalam hati pada orang ke dua. Kalau dalam kasus saya, suami yang harus menyampaikan pesan ke saya. Yap! Ini komunikasi ala telepati.
Saya saat itu dalam hati bertanya2,”Ayah gambar apa ya? Kotak lingkaran atau segitiga?”
Saya mendadak galau. Nah tapi tiba2 entah bagaimana, saat mata masih terpejam itu bayangan kotak, kotak, kotak seperti masuk ke pikiran saya. Beneran ini? Saya surprised. Tapi kotak,kotak,kotak itu rasanya makin jelas.
Kami kemudian diminta untuk membuka mata. Orang kedua diminta untuk menuliskan/menggambarkan di kertas, pesan apa yang didapat saat komunikasi ala telepati tadi. Setelah itu mencocokkan dengan pasangannya.
Here it goes, saya tulis dan gambar itu si kotak. Eh, Masya Allah, beneran si Ayah gambar & nulis kotak! Hihi, jadi romantis deh… *salah focus :p*.
Apa hikmah yang bisa kita ambil dari games ini?
Kita boleh pake teknik apapun ketika berkomunikasi, mendidik anak. Tetapi pesan yang ingin kita sampaikan baru bisa diterima dengan baik jika kita TENANG.
Di Islam, kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir, doa, sholat agar hati tenang. Ternyata ketenangan memang jadi hal mendasar untuk keberhasilan komunikasi. Dan kalau menurut saya, tidak hanya kepada anak tetapi semua orang apapun background-nya. Sehingga,komunikasi paling primitive ala telepati pun bisa tersampaikan dengan ajaib-nya.

Mas Duma pernah menemui anak yang ketika masuk sekolah playgroup di Bianglala nangiiiis terus tanpa henti. Guru-guru lain sudah tidak ada yang sanggup menangani,Mas Duma yang turun tangan. Selama beberapa hari Mas Duma mencoba berbagai cara,mulai dari mencoba merayu dengan foto-foto lewat HP sampe jalan2 di sekitar sekolah & keluar sekolah. Dan hasilnya tetap tidak berhasil, si anak tetap mewek all day dengan sukses. Akhirnya hari berikutnya Mas Duma merasa sudah kehabisa ide menghadapi anak ini. Mas Duma pun ‘pasrah’ aja, let go aja mau nangis ya boleh, sambil dengan hati plong bilang ke si anak (dalam hati ala telepati): “Nak… Yanda & Bunda disini sama baiknya dengan Ayah-Ibumu di rumah, kamu tidak perlu takut & khawatir…”. Pesan it uterus diulang Mas Duma ke si anak. Eh tau2 dalam hitungan menit si anak berhenti nangisnya dan perlahan2 mulai enjoy dengan sekolah baru-nya.
Ga percaya? Saya sudah beberapa kali membuktikan ini dengan Rayyis… &ketika ga berhasil bisa dipastikan hati saya masih kemrungsung, masih kurang ikhlas, kurang tenang. Eh ketika let go, tau2 Rayyis melakukan apa yang saya minta, terutama urusan makan,hehe..;p

#Poin 4 : Jadikan nilai-nilai luhur sebagai dasar kita dalam mendidik anak
Ini adegan klise ya. Di sebuah supermarket, seorang anak merengek minta mainan. Sebetulnya, ibunya tidak ingin membelikan karena berbagai alas an, tetapi karena malu dilihat orang banyak, ga tahan liat anaknya jejeritan di tempat umum jadilah mainan itu dibelikan. Nah si Ibu ini bukan bertindak mendidik anak berdasar nilai luhur yang sebenarnya dia yakini, tapi nilai yang jadi preferensi pribadi, yang biasanya jangka pendek, ga pengen malu, dsbnya.
Harusnya gimana? Harusnya kalau memang sudah komit tidak membelikan mainan, si ibu harus teguh pada pendiriannya. Atas dasar nilai luhur: kita perlu bersyukur sama apa yang sudah dimiliki dalam hal ini mainan, uangnya bisa ditabung, pengendalian diri, dsbnya.
Kalau sudah yakin dengan nilai luhur yang kita pegang, kalo pengalaman saya sih, kita jadi lebih konsisten menegakkan aturan, ga gampang nyerah. Misal saya ingin menanamkan bahwa makan & minum harus duduk, tadinya saya mood2an untuk membiasakannya, tetapi karena nilai luhur yg dipegang, saya jadi lebih konsisten, walaupun rasanya lagi capek & ga mood, he2.
Ada seorang Mama yang bertanya, setiap kali ada tamu datang dia pengen anaknya menyapa tamu, disini nilai luhurnya santun & ramah tamah. Nah tapi selama ini si anak pasti menolak menemui tamu dan si Mama tetap bersikeras walaupun anaknya sampai nangis2. Pada kasus ini & juga penerapan nilai secara keseluruhan pada anak, kata Mas Duma, fleksibilitas diperlukan. Misalkan si Mama bisa saja, merancang supaya si anak yang menyiapkan suguhan, ‘kan nilai luhurnya tetap sama.

#Poin 5 : Perubahan perilaku perlu dibagi menjadi step-step kecil
Di suatu perpustakaan sekolah, Mas Duma sedang berdua dengan seorang anak laki2, sebut aja namanya Doni yang berusia lebih kurang 4 tahun. Tiba2, tanpa alasan yang jelas, si Doni meludahi Mas Duma. Mas Duma tidak bergeming. Doni yang mau melarikan diri langsung dipegangi supaya tidak keluar ruangan. Mas Duma perlahan2 berbicara mengenai apa yang sedang terjadi pada Doni. 
Pertama, bahwa apa yang dilakukan salah, tidak sopan. Sebagian anak yang tidak dibiasakan dengan sopan santun harus diberitahu bahwa hal tersebut salah.Kedua, Doni diminta untuk mengucapkan minta maaf. Setelah Doni bilang maaf, which is takes time juga, karena Doni memang tidak biasa minta maaf. Ketiga, Mas Duma meminta Doni untuk mengambilkan tisu untuk melap ludah yang masih ada di wajah. Doni pergi keluar perpustakaan & mengambil tisu yang ada di ruangan lain. Naaah… tapi tisu dilempar ke Mas Duma dari seberang ruangan. Jyaaa… :p. Jadi seharusnya, perubahan perilaku yang diinginkan dibagi lagi menjadi step lebih kecil, supaya anak lebih mudah menerapkannya.
# Poin 6 : Masuk ke dunia anak-anak
Cerita lagi ya. Suatu hari, pas jam istirahat, di sebuah sekolah tempat Mas Duma mengajar, anak2 membuat kegaduhan dengan menggotong2 pagar dari satu sisi halaman sekolah ke sisi halaman yang lain sambil ketawa2 girang. Mas Duma penasaran, kemudian ikut menggotong2 si pagar bareng mereka & ikut ketawa juga. Saat itu Mas Duma baru insight, anak2 ternyata suka dengan bunyinya. 
Mas Duma kemudian meminta anak2 masuk ke dalam kelas dan bilang,”Yanda punya mainan yang lebih seruuu dari ini…”. Balok-balok kayu di dalam kelas disusun tinggi2 kemudian dirobohkan, he2 ternyata anak2 suka terus asik deh dengan mainan barunya dan tidak lagi bikin gaduh di luar.
Kita perlu masuk ke dunia anak-anak, memahami cara berpikirnya, untuk kemudian bisa mengubah perilakunya.

# Poin 7 : Penyaluran energy fisik yang tepat untuk membuat anak lebih tenang
Seorang Mama ada yang bertanya, bagaimana cara agar dua anak laki-lakinya bisa lebih tenang dan tidak bergelut terus,hehe. Mas Duma menjawab: orang tua seringkali menyelesaikan masalah baru ketika masalah itu muncul, tidak sebelum masalah itu terjadi.
Anak-anak itu eksplorasi terhadap energy fisiknya sedang tinggi-tingginya. Ibaratnya mobil baru, mesinnya masih bagus, lincah kesana kemari. Energi yang besar ini perlu penyaluran. Sedangkan jaman kita sekarang, lahan bermain semakin sempit, semakin terbatas tempat anak untuk eksplorasi. Belum lagi,interaksi anak dengan gadget yang membuat energy fisik sedikit sekali tersalurkan. Kelebihan energy anak akhirnya tersalurkan menjadi bentuk-bentuk perilaku yang dianggap orang tua tidak tepat misalnya mengacak-acak, main tinju2an (yang ujung2nya berantem) sama adik/kakak, dsbnya. Bila energy fisik anak sudah ada penyalurannya, anak-anak menjadi lebih tenang., masalah sudah teredam duluan sebelum terjadi.
It’s so true, sekarang saya lebih telaten untuk ngajak Rayyis main diluar, juga membiarkan dia main kotor2an, main basah2an, pokoknya asal dia enjoy, tempat aman terkendali,& terawasi. Rayyis memang jadi lebih anteng, jam istirahatnya juga lebih awal & teratur. Saya berencana memasukkan Rayyis ke klub olahraga, nanti kalo udah  gedean sih,hehe.
                                                                                                                                                   
Oke. Kira2 itu yang bisa saya share. Mudah2an bermanfaat. Untuk slide lengkapnya,insya Allah saya usahakan ya. Rekamannya waktu itu kok ya kehapus, slidenya juga, hiks. Mohon ditunggu.
Kalo pengen diskusi, mungkin bisa menghubungi Mas Duma via FB ya: Duma Rachmat :)

Comments

Popular Posts